Di lembah hijau Bājūr, Mesir, lahir seorang anak pada tahun 1198 H (1784 M). Namanya Ibrāhīm bin Muhammad bin Ahmad al-Bājūrī al-Shāfi‘ī, yang kelak harum mewangi dalam taman keilmuan dunia Islam. Nama “al-Bājūrī” disematkan merujuk pada kampung halamannya, sebuah desa yang sunyi namun kaya akan tanah subur dan semangat belajar. Sejak kanak-kanak, Ibrahim kecil sudah dikenal sebagai anak yang tekun, penuh rasa haus akan ilmu. Ke mana pun ia melangkah, matanya selalu memeluk kitab, dan lisannya basah dengan ayat-ayat suci. Di usia remaja, beliau berangkat ke Al-Azhar, pusat keilmuan tertua yang menjadi madras besar umat Islam. Guru-Guru Mulia: Di Al-Azhar, Ibrahim al-Bājūrī berguru kepada banyak ulama besar, di antaranya: 1. Syaikh Muhammad al-Amir al-Kabir, seorang ahli fiqh dan ushul fiqh. 2. Syaikh al-Syarqāwī, rektor Al-Azhar pada masa itu. 3. Syaikh al-Bārāmī, yang terkenal dalam ilmu tauhid dan tasawuf. Mereka bukan sekadar pengajar, tapi pembuka jalan ke samudra makrifat ya...
Komunitas Labang dayah
Mereguk tetesan ilmu lewat membaca